Home » , , » Mau Coba Bisnis Es Durian ?

Mau Coba Bisnis Es Durian ?

Durian mempunyai cukup banyak penggemar. Sampai-sampai muncul istilah maniak duren, tidak ada maniak mangga, rambutan, atau pun maniak papaya.  Dimakan eksklusif saja, buah tropis itu selepas terasa nikmat. Bagaimana jikalau diolah berubah menjadi minuman, menyerupai es durian? Nah, sejumlah pelaku perjuangan membaca olahan tersebut sebagai peluang yang menjanjikan.
Di pinggir jalan, cukup gampang menjumpai penjual es degan, tapi masih susah menjumpai es durian. Adjie Jetendra yaitu salah seorang yang melihat peluang bisnis dari minuman es durian. Ia merintis perjuangan Gena Duren semenjak simpulan tahun kemudian di Jogjakarta.
Gena Duren meracik minuman berbahan durian yang dicampur susu, krim, dan es. Minuman itu disajikan dengan pilihan topping, menyerupai cokelat, kacang, choco chip, aneka ragamanila, jeruk, dan karamel. Satu cup dibanderol  Rp 6.000 hingga Rp 35.000.
Kata Adjie, pembuatan Gena Duren tidak memakai gula, jadi kondusif dikonsumsi dalam jumlah banyak. "Harga jual produk sangat beraneka ragamariasi, jadi sanggup dijangkau banyak kalangan," tuturnya.
Es duren buatan Adjie diminati banyak orang. Makanya, ia percaya diri menyampaikan kemitraan semenjak pertengahan tahun ini. Meski belum mempunyai mitra, Adjie punya dua milik sendiri di Jogjakarta. “Sudah ada calon kawan di Jakarta, Bandung, dan Kalimantan, tapi masih dalam proses kerjasama,” klaimnya.
Kata Adjie, kawan sanggup meraup omzet berkisar Rp 20 juta hingga 200 juta sebulan, tergantung jenis paket. Jika sasaran keuntungan higienis sekitar 20% - 40% sanggup tercapai, kawan sanggup kembali modal sekitar enam bulan.
Selain Adjie, pelaku perjuangan yang memanfaatkan durian sebagai produknya yaitu Gendra Krama Putra Santosa. Gendra berhasil berdiri bisnis ’Sop Durian di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat.
Berawal dari kesukaannya memakan buah yang berjulukan latin Durio Zibethinus ini, Gendra kemudian mempunyai inspirasi untuk menjelmakan hobinya tersebut berubah menjadi lahan untuk mencari nafkah. selepas muncul beberapa inspirasi olahan dari buah durian, balasannya beliau pun tetapkan untuk menciptakan buah durian ini berubah menjadi sop.
Sebelum membuka kedai sop durian, alumnus fakultas peternakan Ilmu Pertanian Bogor (IPB) lulusan tahun 2005 ini gotong royong juga pernah membuka perjuangan soto Betawi, namun sayang usahanya tersebut tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Akhirnya beliau pun tetapkan untuk berhenti berjualan.
Masih belum mengalah untuk berubah menjadi wirausahawan, kemudian dengan bermodalkan uang Rp 20 juta, beliau pun memberanikan diri memulai perjuangan sop durian semenjak Noaneka ragamember 2010 lalu.
Dengan uang tersebut, beliau membeli alat pendingin makanan, mesin kasir, meja, kursi, banyak sekali peralatan waktuk dan peralatan makan, pendingin ruangan, durian serta bahan-bahan pendukung lainnya.
"Sejak awal saya juga hanya coba-coba saja, belum punya resep khusus dan penyajiannya juga hanya durian ditambahkan es, kemudian ada ketannya, belum ada aneka ragamariasi sajian menyerupai sekarang," ujarnya.
Pada enam bulan pertama, kedai sop duriannya masih sepi pembeli. Hal ini alasannya yakni olahan durian yang dijadikan sop ini masih terdengar absurd di pendengaran masyakarat sekitar. Ditambah lagi ukuran kedainya yang kecil, kurang strategis bahkan cenderung tidak terlihat, menciptakan masyarakat tidak tahu akan keberadaan kedai tersebut.
Namun usang kelamaan, dari pembicaraan verbal ke verbal para pembeli yang selepas mencoba sop tersebut, perlahan-lahan kedainya mulai ramai dikunjungi. "Karena pembeli merasa cocok dan suka dengan sop buatan saya ini, kemudian mereka memberitahu ke teman-temannya, balasannya sesudah itu mulai berkembang," jelasnya.
Untuk mencukupi kebutuhan akan buah durian, Gendra biasanya harus mendatangkan buah tersebut minimal dua kali dalam seminggu, yang dalam sekali pengiriman sanggup mencapai 850-1.000 buah. Durian yang biasa digunakan sebagai materi dasar pembuatan sopnya tersebut berasal dari wilayah Palembang, Sumatra Selatan. Namun bila stok durian hanya sedikit, biasanya beliau juga mendatangkan dari wilayah Sidikalang, Medan, Sumatra Utara.
“Kurang lebih sekitar 80 persen kita ambil dari Palembang. Karena rasa manis duriannya berdasarkan saya pas, cocok dengan pengecap masyarakat di sini. Kalau Durian Medan alasannya yakni terlalu manis, jadinya malah agak pahit dan anyir terlalu menyengat,” lanjut laki-laki orisinil Depok tersebut.
Masalah perbedaan asal durian ini ternyata juga menghipnotis rasa sop nantinya. Menurut Gendra, bagi pelanggan tetapnya yang memang penggemar durian, sanggup mencicipi perbedaan tersebut. Maka untuk mengatasi hal itu, beliau selalu mewaktung pengumuman pada ketika durian yang digunakan bukan jenis durian yang biasa digunakan sebagai materi baku sopnya.
“Dengan begini pembeli berubah menjadi maklum, alasannya yakni durian kan produk alam, kita tidak sanggup menentukan kuantitas atau kualitas rasanya. Kita hanya sanggup menentukan mana yang paling bagus,” jelasnya.
Berbicara omzet setiap harinya, Gendra setidaknya membutukan sekitar 30 kilogram daging buah durian untuk menjual sekitar minimal 200 mangkuk, bahkan sanggup meningkat berubah menjadi 300 mangkuk pada simpulan pekan dengan omzet sekitar Rp 80 juta per bulan. Pembelinya sendiri kebanyakan merupakan masyarakat sekitar Depok, Bogor dan Jakarta.
Dengan semakin banyaknya pembeli, Gendra pun mulai berinoaneka ragamasi dengan menciptakan bermacam-macam pilihan menu. Kini di kedainya, ada sekitar 20 aneka ragamariasi menu, menyerupai sop durian original, sop durian ketan, sop durian roti, sop durian kelapa, sop durian kacang hijau, sop durian brownis, sop durian strowberi dan masih banyak lagi dengan harga antara Rp 8.000-Rp 12.000 per porsi.
Promosi yang dilakukan Gendra untuk lebih memperkenalkan perjuangan tersebut pun terbilang sederhana. Dia hanya mengandalkan media umum yang menurutnya memang cara yang paling ampuh berubah menjadi ajang promosi.
"Yang lebih banyak mempromosikan malah pelanggan, mereka yang rajin menulis kesan melewati BBM, Facebook atau Twitter. Makanya dari situ saya sangat terbantu," kata laki-laki yang telah mempunyai dua buah hati tersebut. "Bisnis menyerupai ini memang sangat bergantung pada ketersediaan materi baku utamanya, makanya harus pintar-pintar mengatur perencanaan sebelumnya," ujar laki-laki kelahiran 30 Juli 1984.
Sementara itu, Konsultan Waralaba dari International Franchise Business Management, Eaneka ragami Diah Puspitawati, menilai, bisnis ini belum teruji. Sebab, tidak semua orang menyukai masakan dari materi durian. Belum lagi nilai inaneka ragamestasi yang ditawarkan terbilang tinggi untuk sebuah resto durian. "Tapi, namanya bisnis, suatu saat, masakan durian juga sanggup saja jadi booming," ujarnya.ins
Es Krim Durian Masih Menjadi Faaneka ragamorit Durian dijadikan materi es krim memang bukan barang baru. Tapi, es krim berbahan durian masih berubah menjadi faaneka ragamorit ketika ini. Salah satu pelakunya yaitu Yustinus Agung Nugroho serta istrinya Anne Kartika.
Keduanya memulai bisnisnya semenjak Oktober 2008. Gerai es krim durian mereka berjulukan Mendem Duren di Jl Gejayen Jogjakarta. Modal perjuangan tersebut dari hasil menjual sepeda motornya.
Pada awal pembukaan, Mendem Duren eksklusif disambutbaik oleh masyarakat Jogjakarta. Baru hari pertama buka. “Dalam waktu 2 jam produk yang kita jual selepas ludes terjual semua. Karena kita hanya menyediakan 10 butir buah durian,” ujar Yustinus Agung Nugroho.
Lalu kondisi itu pun berlanjut pada hari-hari berikutnya.Setiap harinya customer tidak pernah surut tiba ke gerai Mendem Duren. “Akhirnya kita buka cabang yang kedua satu bulan kemudian. Di gerai kedua pun demikian, gerai Mendem Duren selalu ramai dikunjungi customer,” kata Agung.
Hinggga hingga ketika ini, kata Agung, Mendem Duren selepas mempunyai 37 outlet lebih tersebar di seluruh Indonesia. Perbulannya, Mendem Duren sanggup menghabiskan sekitar 30.000 butir durian.
Agung mengatakan, pesatnya pertumbuhan Mendem Duren alasannya yakni ceruk pasar ini masih belum banyak yang mengisi. Pemain yang terjuan di bisnis ini gres segelintir saja. Andaipun ada, itu hanya sebuah gerobak biasa tanpa konsep dan aneka ragamariasi produk yang banyak, belum lagi soal kualitas.
Dijelasakan, semua produk Mendem Duren memakai durian lokal di mana kandungan alkohol dalam buahnya lebih kentara dan pastinya bikin mendem. “Untuk ukuran large kita memakai daging setengah butih buah durian. Kaprikornus benar-benar mendem daging durennya,” katanya

0 comments:

Post a Comment

Search

Blog Archive